Day 19: Mumpung Masih di Palembang, Saya Puas-puasin Kulinerannya

Santai496 Views

GITULAH.COMPENGANTAR REDAKSI: Mulai Jumat (19/7/2024) seorang penjelajah bersepeda bernama Taufik Abriansyah memulai ekspedisi “Gowes ke Sabang, Gowes ke Marauke”. Sesuai judulnya, mantan wartawan Majalah Tempo ini berniat gowes ke ujung barat dan timur Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dan merayakan Indonesia. Mulai Senin (22/7) gitulah.com menurunkan ekspedisi tersebut. Selamat membaca.

Day 19

Palembang

Hari kedua di Palembang kembali dibuka dengan sarapan pempek. Kali ini plus laksan. Ini juga penganan khas yang hanya saya temui ketika berada di Palembang. Laksan, adonan pempek dalam bentuk oval lalu dipotong-potong, dan disajikan dengan kuah santan kuning.

Sambil menikmati kopi dan makan laksan, saya kembali berkesempatan bercengkerama bermain dengan bayi 5 bulan anak Shella. “Maen dulu dengan Yai,” katanya. Duh, ternyata saya sudah masuk golongan kakek.

Menemani saya sarapan ada Cicik Uda dan sepupu saya Ida. Rumah mereka memang tidak jauh dari rumah saya. Cicik Uda membawa bungkusan berisi mukena untuk nanti saya bawa dan disimpan di masjid yang saya singgahi.

Bukan itu saja, ada juga plastik berisi uang.  “Ini dari Cicik Se’ah dan dari aku,” katanya. Cicik Se’ah*atau Sareah dan Cicik Uda ini adalah adik kandung almarhum bapak saya.

Hari ini agak siangan saya sudah janjian mau main ke rumah *ang Ali di 1 Ilir. Jauh sebelum perjalanan touring ini, saya sudah mengabarkan Mang Ali bahwa saya akan mampir ke rumahnya.

Alasannya, Mang Ali bersama istrinya Bicik Masna, baru saja pulang menunaikan ibadah haji. Saya berharap masih kebagian uap-uapnya sehingga saya termasuk golongan yang terpanggil kembali ke Tanah Suci.

Alhamdulillah, dalam touring kali ini saya sudah bertemu dengan orang-orang yang baru pulang haji. Sebelum dengan Mang Ali, saya sudah bertemu dengan Kak Syahrin dan Cek Murni di Sumber Jaya, Lampung.

Topik Lain :  Day 25: Ngobrol Soal Willy, Radhar, Hingga Orang Indonesia

Dan tentu saja dengan Pakde Narli, rekan goweser di Fedkoci (Federal Kota Cimahi) yang mengantar saya hingga daerah Nyalindung, Cikalong.

Bertemu dengan orang-orang yang baru pulang haji, saya anggap sebagai pertanda baik. Mudah-mudahan nanti pada waktunya saya bisa kembali ke Tanah Suci. Entah dengan cara bersepeda, entah dengan cara yang tidak disangka-sangka.

Mang Ali dan Bicik Masna menyambut kami dengan hangat. Saya dan Taufan disuguhi makan siang dengan menu istimewa: brengkes ikan patin. Brengkes adalah masakan khas Palembang yaitu pepes ikan yang diolah dengan tempoyak (fermentasi durian).

Mang Ali menghadiahi saya sebotol air zamzam asli dari Makkah. “Ini untuk menambah tenaga gowes kau,” katanya.

Menjelang sore, setelah pulang dari Mang Ali, saya membawa sepeda ke bengkel di daerah Pakjo untuk diservis. Atas saran Kang Yudha, anggota KSTI (Komunitas Sepeda Touring Indonesia) yang tinggal di Palembang, sepeda saya bawa ke Bike House. Di dalam bengkel yang juga toko sepeda itu ada dua orang mekanik. Keduanya bernama Agus. Yang satu berkacamata, yang satu tidak.

Setelah diperiksa, ternyata satu jari-jari ban belakang putus. Mungkin karena pengaruh beban yang terlalu berat. Nah, untunglah sepeda saya bawa ke bengkel.

Saat mau membayar ongkos servis itu, Agus kacamata menolak. “Sudah dicover Bang Yudha, Oom.” katanya. Wah, ternyata Oom Yudha sudah bergerak cepat.

Pulang dari Pakjo menuju rumah, saya kembali mampir ke Martabak HAR Simpang Sekip. Mumpung masih di Palembang, puas-puasin kulinerannya, pikir saya.

Malam hari selepas Isya, saya mengajak seluruh keluaga jalan-jalan ke BKB (Benteng Kuto Besak). Harus nyewa 2 mobil ukuran XL. Di sini saat malam hari menjadi semacam tempat wisata warga Palembang. Tujuan kami adalah Warung Apung. Tempat jajan berupa kapal yang ditambatkan di tepi Sungai Musi. Menu utamanya lagi-lagi pempek.

Topik Lain :  Nasi Timbel Komplit Mantab, Kuliner di Puncak Bogor

Harganya sangat bersahabat. Tidak ada itu istilah ketok harga. Untuk 9 orang dengan pesanan berbagai macam, kami membayar Rp 169 ribu.

Yang menarik perhatian saya, selain berbagai arena permainan, di keramaian BKB ini ada pula pedagang kerak telor. Baru kali ini saya lihat ada pedagang kerak telor di Palembang.

Selasa, 6 Agustus 2024

Taufik Abriansyah