Day 28: Alhamdulillah Sering Dapat Minuman Ringan dari Pemotor

Santai639 Views

GITULAH.COMPENGANTAR REDAKSI: Mulai Jumat (19/7/2024) seorang penjelajah bersepeda bernama Taufik Abriansyah memulai ekspedisi “Gowes ke Sabang, Gowes ke Marauke”. Sesuai judulnya, mantan wartawan Majalah Tempo ini berniat gowes ke ujung barat dan timur Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dan merayakan Indonesia. Mulai Senin (22/7) gitulah.com menurunkan ekspedisi tersebut. Selamat membaca.

Day 28

Sungai Bengkal – Muara Tebo

Hari ini menjadi hari yang penuh rezeki buat saya. Saat menulis catatan ini, tak henti saya mensyukuri rezeki yang saya dapatkan.

Pagi ini selepas Subuh menjelang hari terang saya duduk nongkrong di teras penginapan. Ditemani segelas kopi yang sudah saya bikin di kamar. Penginapan ini tidak menyediakan dispenser air panas. Jadi saya terpaksa memasang kompor untuk masak air.

Nah, di saat asyik menyeruput kopi itu, seorang tamu menghampiri saya.
“Bapak yang bawa sepeda ya, benar pak dari Bandung?” tanyanya.
“Iya,” jawab saya pendek.
“Masya Allah pak,” katanya lagi.

Dia lalu memberikan satu bungkusan berisi nasi.
“Ini pak untuk sarapan, silakan dinikmati,” katanya sambil pergi menuju kamarnya.
“Terima kasih banyak,” sambut saya.
Bungkusan nasi itu lalu saya simpan. Buat bekal saja.

Sekitar jam 08.00 saya bersiap untuk memasang semua perlengkapan di sepeda. Saat itulah saya baru menyadari rak bagasi saya terperosok hingga membuat roda tidak bisa bergerak dengan lancar. Ternyata bautnya copot alias tidak ada. Dua-duanya. Kiri kanan.

Wah, celaka kalau kondisi ini terjadi saat sedang melaju. Di tengah hutan pula.
Mau enggak mau harus ke bengkel dulu yang menjual baut ukuran segitu.

Nasib baiknya, ada bengkel motor di sebelah penginapan. Saya doronglah sepeda ke situ. Suasana di bengkel itu jadi ramai. Mereka bertanya-tanya saya dari mana dan hendak ke mana.

Beberapa di antaranya malah langsung memvideokan dan mengambil foto. Bukannya ngambil kunci-kunci untuk memperbaiki sepeda. Wah, dijadikan konten lagi ini. Setelah puas baru mereka bertanya apa masalah sepeda saya.

Saya tunjukkan lobang-lobang baut yang kosong itu. Dengan sigap mereka menggantinya dengan baut baru, dan rak belakang saya terpasang dengan baik kembali. Beres.

Saat mau membayar ongkos jasa dan belanja baut itu, Mas Andi pemilik bengkel memilih menggratiskan saja.
“Tidak apa pak, yang penting bapak selamat di perjalanan,” katanya. Alhamdulillah.

Saya balik lagi ke penginapan. Langsung memasang gembolan dan barang bawaan lainnya. Saya baru jalan lebih dari jam 09.00. Suasananya masih seperti kemarin. Agak panas. Matahari di belakang kepala. Keluar masuk hutan. Kebanyakan sawit. Kontur jalan sudah cenderung datar.

Sekitar 15 kilometer mengayuh, saya tiba di daerah Simpang Niam, Tebo, Provinsi Jambi. Di sini ada Alfamart. Saya mampir untuk memanfaatkan mejanya. Perut sudah terasa lapar, dan saya ada nasi bungkus pemberian tamu hotel tadi.

Topik Lain :  Menpar Siap Promosikan Film Women from Rote Island yang Wakili Indonesia di Oscar 2025

Isinya ternyata nasi gemuk (nasi uduk). Sambalnya yang sangat ‘nendang’. Saya makan dengan lahap. Habis. Ditambah ‘Sari Kacang Ijo’ dan ‘Pocari’ yang saya beli di Alfamart.

Ibu dan dua anak gadisnya yang duduk di meja sebelah mencuri-curi pandang melihat keseruan saya.
“Dari jauh, mang?” tanya si ibu.
Waktu saya bilang saya dari Bandung, mereka semua jadi kaget.

Minimarket ini rupanya juga menjadi titik penjemputan bus-bus jarak jauh. Si ibu sedang mengantarkan salah satu anaknya yang mau naik bis tujuan Yogyakarta. Dia mau kuliah di sana.

Setelah perut kenyang, saya kembali melanjutkan perjalanan. Cuaca kembali panas. Saya kenakan kaca mata hitam. Jalur yang saya lalui ini jarak antarperkampungan tidak terlalu jauh. Jadi saya merasa aman saja. Walau terasa lebih sepi.

Untuk menghalau rasa sepi, saya nyalakan speaker. Pas lagunya Iwan Fals berjudul “Sais Pedati”. Saya ikut menyanyikannya pelan-pelan: dia tak pernah kebingungan, apa kata orang tentang gawatnya krisis energi.

Nah, terjadi peristiwa memalukan buat saya. Di saat asyik mendendangkan lagu itu, tanpa sadar ada motor yang berjalan mengiringi di sebelah saya. Cukup lama. Pengemudinya emak-emak.

Saya menoleh sambil menganggukkan kepala, dan tersenyum agak malu, si ibu menyodorkan plastik berisi minuman kaleng. Dari tampilan plastik yang basah, saya tahu itu minuman dingin.
“Ini pak, minum dulu,” kata si ibu pakai motor NMax itu sambil tersenyum.

Tanpa pikir panjang saya sambut plastik itu. “Alhamdulillah, terima kasih bu,” kata saya. Dia lalu meninggalkan saya.
Isi plastik ternyata minuman kaleng ‘Lasegar’. Dapat minuman dingin di saat cuaca sedang panas-panas seperti itu rasanya enak banget.

Di Masjid Simpang Pelayang saya mampir. Istirahat sambil menunggu Dzuhur dan tentu saja untuk menikmati minuman pemberian si ibu tadi.

Setelah cukup istirahat saya jalan lagi. Dan ternyata rezeki datang lagi. Saat terengah-engah mendaki tanjakan di daerah Sungai Keruh saya kembali dihampiri perempuan bermotor. Dua orang. Kali ini lebih muda. Mungkin seumuran anak saya.

Mereka minta saya berhenti. Dari seragam yang mereka kenakan, saya tahu mereka adalah sales susu ‘Cimory’. “Pak, maaf pak, ini silakan dipilih. Tapi ini produk dari Bandung juga,” kata perempuan yang duduk di belakang.

Mereka tahu saya dari Bandung dari membaca tulisan yang ada di belakang sepeda. Mereka lalu memperkenalkan diri. Yang membawa motor bernama Dini, yang di belakang bernama Tika.

Topik Lain :  Menurut Ahli Gizi, Inilah 15 Sayuran Paling Sehat untuk Dikonsumsi

Sekilas saya perhatikan mereka membawa beberapa dus susu untuk dijual. Sebenarnya saya agak segan, tapi untuk menghormatinya saya ambil dua kotak.

Iseng saya tanya mengapa mereka nekad menghentikan padahal saya lagi terengah-engah nanjak.
“Karena kami salut pak, jadi kami kasih susu,” kata Dini, agak malu-malu.
Setelah mengambil dua kotak, saya lalu bergerak lagi. Mereka pun jalan.

Sebelum itu, saya juga sempat dihentikan mobil Samsat Keliling Kabupaten Tebo. Pengemudinya bernama Jawir rupanya Ketua KONI dan Ketua ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia) Kabupaten Tebo.
“Nanti di Tebo kita ketemu lagi, makan atau ngopi,” katanya.

Sekitar jam 14.00 saya tiba di Muara Tebo. Kota ini punya ikon Patung Sultan Thaha Syaifuddin. Beliau adalah pahlawan nasional dari Jambi. Namanya diabadikan juga sebagai nama Bandara Jambi.

Lantaran hape saya tidak berfungsi, saya harus bertanya-tanya dulu di mana letak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Saya sudah janjian dengan Mang Eman untuk menemuinya di Lapas.

Mang Eman yang punya nama asli Hilman ini adalah salah satu keponakan kakek saya. Adik dari Mang Celi yang kemarin terlewat di Muara Bulian. Beliau bekerja di Lapas.

Nyampe di Lapas, ternyata Mang Eman sedang libur. Saya terpaksa minta tolong petugas Lapas untuk mengabarkan bahwa saya sudah tiba.

Di depan Lapas sudah nongkrong mobil Samsat Keliling tadi. Ternyata Oom Jawir sedang menunggu saya. Kami kemudian ngobrol sambil makan siang di warung yang ada di depan Lapas.

Sebagai Ketua ISSI, Oom Jawir mengucapkan selamat datang dan mengapresiasi pencapaian saya gowes sendirian hingga melewati Kabupaten Tebo. Diberinya saya kaos KONI sebagai bentuk apresiasi.

Alhamdulillah. Sudah makan siang dibayari, dapat kaos pula. Sekalian saya memakai hape Oom Jawir untuk ngontak Mang Eman yang kemudian datang menjemput saya.

Rumah Mang Eman ada di Komplek Griya Alam Putri, Pal 4. Tiba di rumahnya saya disambut oleh keluarganya. Anak-anak Mang Eman yang sedang bermain dengan teman-temannya bolak-balik melihat sepeda saya.

Selepas Maghrib saya diajak makan bareng. Istri Mang Eman menyiapkan menu yang sangat istimewa, yang tidak ada jualannya di Bandung. Yaitu brengkes tempoyak ikan lais. Makanan tradisional khas Sumatra Selatan dan Jambi, pepes ikan yang menggunakan tempoyak (fermentasi durian) sebagai bumbu penyedapnya.

Malam harinya hujan mengguyur. Sudah hampir satu bulan saya gowes dari Cipageran, baru malam ini dapat hujan yang turun dengan deras. Hujan adalah rezeki juga. Karena air merupakan kebutuhan paling utama di muka bumi ini.

Kamis, 15 Agustus 2024

Taufik Abriansyah