Awali Era Industri Tanaman Hias, Harga Monstera Terjun Bebas

Humanika279 Views

Bogor – Bagi yang familiar dengan tanaman Monstera Borsegiana Albo Variegata, tentu tidak asing lagi dengan harganya yang fantastis. Setidaknya, harganya bisa mencapai angka puluhan juta rupiah.

Harga tersebut ternyata tidak lagi berlaku di Minaqu Indonesia. Eksportir tanaman hias terbesar Kota Bogor ini justru membanderol Monstera Albo itu dengan harga yang sangat murah. “Berbekal uang Rp300 ribu, siapa pun sudah bisa membawa pulang tanaman Monstera Variegata berukuran 10 centimeter tersebut,” ujar CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana Adinata dalam siaran pers yang diterima, Selasa (8/2/2022).

Ia menjelaskan, pihaknya memperbanyaknya melalui metode kultur jaringan. Oleh karena itu, harga yang dipatok pun bisa jauh lebih murah..”Kita cuma mau menerapkan fair trade. Berapa sih biaya produksi kami, berapa affordable prices yang bisa kami jual tanaman hias ini. Jangan terlalu mahal seperti apa yang terjadi beberapa waktu lalu,” jelas Ade.

Baginya, harga yang mencapai puluhan hingga ratusan juta itu sudah mengusik batinnya. “Apalagi, tujuan Minaqu Indonesia juga ingin agar tanaman hias menjadi terjangkau bagi semua orang. Perbanyakan dengan cara kultur jaringan mendorong market size yang lebih besar lagi,” terangnya.

Minaqu menyiapkan suplai sekira satu juta tanaman Monstera Albo. Sekira 300 ribu diantaranya telah mendapatkan pemilik, baik di dalam maupun luar negeri. “Bahkan, Minaqu Indonesia juga secara terbuka kepada petani tanaman hias yang ingin menjualnya kembali. Tentu saja, penjualan dengan harga murah namun tetap memberikan keuntungan bagi mereka,” tutur Ade.

Ia berpendapat, lonjakan harga tanaman hias sangat dipengaruhi oleh supply dan demand yang tidak seimbang. Untuk mengejar demand yang tinggi, mereka mencoba mengejar supply itu. Caranya, memperbanyak supply tanaman hias melalui cara yang tidak konvensional.

Topik Lain :  Restoran Rindu Alam Puncak, Icon Bogor yang Tinggal Kenangan

“Kualitas kultur jaringan itu tidak akan kalah dengan tanaman yang diproduksi secara konvensional. Karena pada prinsipnya, tanaman kultur jaringan itu kan sama-sama, tapi diperbanyak lagi di dalam laboratorium. Jadi, kualitas dan kesesuaian dengan indukan itu sama, tidak akan berbeda. Dan ini sudah dilakukan di Thailand, Singapura, maupun Vietnam (para eksportir tanaman hias dunia),” papar Ade.

Harga yang sangat bersaing itu pun menjadi langkah awal Minaqu Indoensia mematok era industri tanaman hias. “Ke depannya, kami bakal memperbanyak tanaman hias Monstera jenis lainnya dengan metode kultur jaringan. Khususnya yang kini memiliki harga-harga fantastis kisaran puluhan hingga ratusan juta rupiah,” pungkas Ade.