JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),hingga Oktober 2024, defisit APBN senilai Rp309,2 triliun, atau sekitar 1,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dalam undang-undang APBN 2024 defisit ditargetkan tidak lebih dari 2,29 persen terhadap PDB. Lantaran itu, persentase defisit sampai Oktober tersebut masih lebih rendah. “Ini berarti masih lebih kecil dibanding dalam UU APBN,” ujar Sri Mulyani saat konferensi kinerja APBN di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, pekan lalu, yang dirilis Rabu (13/11).
Secara keseluruhan kinerja APBN hingga Oktober 2024 masih terjaga baik dan tetap on-track. Postur APBN hingga 2024 mencatatkan penerimaan negara senilai Rp2.247,5 triliun atau tercapai 80,2 persen dari target. Angka ini naik 0,3 persen dibanding tahun sebelumnya (yoy). Kemudian, belanja negara senilai Rp2.556,7 triliun atau tercapai 76,9 persen dari pagu, dengan kenaikan 14,1 persen yoy. Sementara keseimbangan primer mengalami surplus Rp97,1 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan Sejumlah faktor menyebabkan belanja membengkak, yakni pelaksanaan pemilihan umum dan pilkada yang akan berlangsung akhir November ini. Selain itu, kenaikan gaji dan pensiun masing-masing 5 persen dan 12 persen menjaid faktor belanja membengkak, serta tunjangan kinerja dan tunjangan hari raya.