Ke Kelimutu

Santai187 Views

GITULAH.COMDay 39 [Ende]

Pengantar Redaksi: Taufik Abriansyah, seorang pegowes sepeda asal Cipageran, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, akan melanjutkan rencana perjalanannya mengayuh dari Cipageran-Sabang-Merauke yang sudah dia lakukan beberapa bulan lalu. Setelah rute Cipageran-Sabang, kali ini mantan wartawan ini mulai menjelajahi rute Cipageran-Merauke. Gitulah.com akan menurunkan catatan perjalanan Taufik mulai Selasa (6/5/2025). Selamat mengikuti.

HARI ini saya tidak sepedahan. Tapi melakukan perjalanan dengan kendaraan.

Catatan perjalanan hari ini saya bagikan dengan harapan dapat menginspirasi, atau paling tidak memberi gambaran, kepada para pembaca untuk berkunjung ke Kelimutu.

Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu (TNK) Pak Heru Rudiarto menyarankan saya berkunjung ke Kelimutu, memanfaatkan waktu selama saya di Ende. “Sayang lho Mas kalau tidak ke Kelimutu. Ini adalah tempat yang unik di dunia,” kata dia.

Daripada gabut, kata anak sekarang, saya mulai mencari info bagaimana cara ke Kelimutu. Tak mungkin menggunakan sepeda. Jaraknya sekitar 40 km (pergi pulang jadi 80 km) dan sudah pasti mendaki pula. Sewa mobil terlalu mahal, sewa motor agak mendingan.

Dari info yang sudah saya kumpulkan saat masih di Bandung, ada alternatif menggunakan bis DAMRI. Selain lebih praktis, sudah pasti ekonomis pula. Kerennya lagi, penumpang dijemput dan diantar kembali ke lokasi yang disepakati.

Maka pagi ini saya janjian dengan Oom Charles, sopir DAMRI jurusan Ende – Kelimutu, untuk dijemput di Masjid Agung Nurul Hidayah. Saya dapatkan nomor kontak Oom Charles dari search di media sosial.

Saat tiba menjemput saya, sekitar jam 09.00, hanya ada satu penumpang di dalam bus. Dari tempat menjemput saya, Oom Charles menuju satu titik lagi. Menaikkan dua perempuan muda. Empat penumpang inilah yang kemudian turun sampai tujuan akhir di Kelimutu.

Topik Lain :  Day 20: 'Gowes Kau Ini Meramaikan Silaturahmi Keluargo'

Di sepanjang perjalanan memang ada beberapa penumpang yang naik. Tak banyak. Tak sampai memenuhi kursi bus. Itu pun rata-rata berjarak dekat. Yang mengesankan saya, keramahan orang Flores tergambar dalam perjalanan ini. Penumpang (anak muda laki-laki) yang ada di dalam mobil, dengan sigap membantu menaikkan barang penumpang yang akan naik. Bahkan membawa karung beras sekalipun. Meskipun mereka tidak saling kenal.

Jarak Ende ke Kelimutu ditempuh hampir dua jam. Hampir sebagian besar kontur jalan berupa tanjakan. Apalagi di sekitar 10 kilometer terakhir, dari jalan raya poros Ende – Maumere ke Kelimutu. Tanjakannya tajam pisan. Kalau bawa sepeda, sudah bisa dipastikan saya akan mengeluarkan jurus andalan: dorong.

Sekitar jam 11.00 bus tiba di pintu Gerbang TNK. Petugas yang berjaga membebaskan saya membayar tiket. Rupanya Pak Heru sudah kontak anak buahnya untuk membantu saya. Bahkan saya juga disediakan makan siang. Nasi bungkus seperti jatah pegawai TNK. Wah, alhamdulillah.

Dari tempat bus berhenti ke puncak gunung harus berjalan kaki sekitar satu kilometer. Dari tempat ini bisa menyaksikan keindahan kawahnya yang berupa tiga danau.

Saya mendaki ke puncak bersama dua anak perempuan yang tadi bareng naik Damri dari Ende. Keduanya, Dea dan Hanan, kebetulan berasal dari Bogor. Bekerja di NGO kehutanan yang sedang ada penelitian di Flores.

Gunung Kelimutu saya kenal dulu dari uang kertas nominal Rp 5.000. Di satu sisinya ada gambar Kelimutu. Tak dinyana saya akhirnya sampai ke tempat ini. Padahal sebelumnya yang saya inginkan adalah berkunjung ke Ternate – Tidore, tempat dimana gambarnya ada di yang kertas pecahan Rp 1.000.

Nama Kelimutu berasal dari gabungan kata “Keli” yang berarti gunung dan “Mutu” yang berarti mendidih. Gunung Kelimutu memiliki ketinggian 1.639 mdpl atau 5.377 kaki.

Topik Lain :  Tidak Hanya Kaya Protein, Ini 9 Manfaat Makan Telur untuk Sarapan bagi Kesehatan

Keistmewaan gunung ini adalah puncaknya yang berupa tiga danau. Uniknya, tiga danau ini memiliki air dengan warna yang berbeda-beda. Uniknya lagi, warna air danau pun berubah seiring waktu.

Hari ini saat ini saat saya berkunjung warna air Danau Kelimutu adalah hijau, hijau, dan biru. Perubahan warna umumnya terjadi karena banyak faktor. Antara lain karena adanya aktivitas vulkanik di dalam perutnya.

Tak setiap pengunjung beruntung bisa langsung bisa menyaksikan keindahan danau. Lantaran seringnya datang awan atau kabut yang menutupi.

Untungnnya Oom Charles memberi batas waktu hingga pukul 14.00, sebelum bus Damri jalan lagi menuju kota Ende. Jadi saya cukup punya waktu untuk menunggu udara bersih dari awan dan kabut.

Alhamdulillah, berkat sabar menunggu, akhirnya saya dapat menyaksikan keindahan danau Kelimutu. Tentu momen ini tidak saya sia-siakan.

Setelah ambil foto dan video, saya kembali ke tempat parkir bus. Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman pegawai TNK yang telah memperhatikan saya.

TNK sudah menyediakan berbagai fasilitas penunjang untuk kenyamanan pengunjung. Mulai dari toilet, beberapa gazebo, lahan parkir, serta jajaran kios yang menjajakan minuman dan makanan di sekitar area parkir. Fasilitas tersebut nampak terjaga dan terawat kebersihannya.

Yuk ah rencanakan perjalanan ke Kelimutu.

Ende, 7 Jun 2025

Taufik Abriansyah