Gowes Cipageran (KBB) – Merauke: Dilepas dengan Meriah

Santai40 Views

GITULAH.COM

Gowes Cipageran (KBB) – Merauke

Pengantar Redaksi: Taufik Abriansyah, seorang pegowes sepeda asal Cipageran, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, akan melanjutkan rencana perjalanannya mengayuh dari Cipageran-Sabang-Merauke yang sudah dia lakukan beberapa bulan lalu. Setelah rute Cipageran-Sabang, kali ini mantan wartawan ini mulai menjelajahi rute Cipageran-Merauke. Gitulah.com akan menurunkan catatan perjalanan Taufik mulai Selasa (6/5/2025). Selamat mengikuti.

Day 1

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini saya memulai perjalanan panjang menuju Merauke (Papua Selatan). Start dilakukan dari tempat tinggal saya di Komplek Puri Cipageran Indah 2,  Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.

Hari ini terasa menjadi sangat istimewa selama “karier” saya bersepeda. Betapa tidak,  start saya diiringi lambaian puluhan tangan warga yang berkumpul di depan rumah saya.

Mereka mendoakan saya berhasil menyelesaikan misi touring ini dengan baik. Berangkat sampai tempat tujuan hingga kembali lagi ke rumah dengan selamat. Saya merasakan betul ketulusan doa mereka.

Selain tetangga komplek, utamanya warga RT 04 RW 20, hadir juga teman-teman dari Fedkoci (Federal Kota Cinahi), dan dari komunitas sepeda lainnya. Sungguh saya merasa terharu dan bangga akan perhatian mereka.

Dan yang sangat membanggakan saya adalah dukungan keluarga. Istri saya sudah sibuk sejak kemarin. Belanja dan menyiapkan untuk sarapan bersama pagi ini. Anak perempuan saya yang kini bekerja di Jakarta, sengaja pulang untuk ikut menyaksikan keberangkatan saya.

Saat membuka acara, istri saya, Pipit Puspitawati menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua hadirin.

Ketua RT 04 Iwan Nirwana dalam sambutannya mengajak semua warga untuk mempunyai kegiatan positif seperti yang dilakukan saya.

Dia juga mengingatkan saya untuk selalu memberi laporan update lewat catatan perjalanan saya.  “Membaca catatan perjalanan Pak Taufik, seru, saya seolah berada dalam perjalanan itu,” katanya.

Ketua RW 20 Pak H Rochman lalu secara resmi melepas keberangkatan saya. “Dengan mengucapkan bismillah, kita bersama-sama melepas perjalanan Pak Taufik, yang telah mengharumkan RW kita,” katanya.

Ketua Fedkoci Heri Priansyah juga mengucapkan terima kasih. “Karena touring Pak Taufik ini juga membawa nama Fedkoci berkibar di mana-mana,” katanya.

Untuk kemaslahatan perjalanan saya, warga yang berkumpul kemudian melakukan doa bersama yang dipimpin salah seorang pinisepuh, Pak Tb Junaidi.

Menjelang jam 08.00 saya mulai mengambil ancang-ancang untuk start. Tapi belum lagi bergerak, kami melakukan foto bersama dulu. Bergantian. Rasanya keren juga. Begini rasanya menjadi bintang.

 

Saya start dengan lambaian tangan, dadah-dadah, dari warga. “Selamat Pak Taufik. Hati-hati di jalan,”. Ada juga yang bersiul siul keras dan keprok tepuk tangan.

Topik Lain :  Inilah 15 Makanan Terbaik untuk Rambut, Kulit, dan Kuku

Beberapa teman komunitas sepedahan di komplek: KSepXX,  saya lihat ikut gowes mengawal saya. Ada Asnawi, Bachtiar, Murtaji, Yanuar, Yaya, Yayat, dan Thoha.

Lalu ada teman-teman dari Fedkoci: Heri, Achmad, Misdar, Dani, Agus Wahid dan nyonya, Heri dan Ida, Sujarwo, Wahyu, pakde Narli, Dedi Bisma, dan Mang Ndut.

Mereka mengawal saya dari bergerak dari Komplek hingga ke Alun-Alun Cimahi. Jaraknya sekitar 4 kilometer. Di Alun-alun, kami sempat melakukan foto bersama dan berpisah.

Sebagian yang masih ikut mengawal saya, tidak keberatan mengikuti saya mampir-mampir dulu. Seperti yang sudah saya rencanakan, dalam touring ini saya juga akan banyak bersilaturahmi. Terutama dengan keluarga yang ada di sepanjang rute.

Dari Alun-alun saya bergerak menuju Jalan Kebon Kopi. Masuk konplek Telkom terus ke jalan Teleponia. Disini tinggal bapak mertua saya, Soetrisno Oeripan.

Dari namanya sudah bisa ditebak bapak mertua saya aslinya dari Jawa. Tepatnya dari Yogyakarta. Tapi sudah puluhan tahun hijrah ke Bandung, dan sudah menjadi pendukung Persib. Kami memanggilnya Aki Atis. Bukan eyang atau mbah Atis.

Di rumahnya Pak Atis tinggal bersama Teteh Sri Udjiantiningtyas. Biasa dipanggil Teh Tining, adalah kakak tertua istri saya.

Pak Atis sudah sepuh. Usianya sekitar 92 tahun. Namun begitu beliau masih kuat berdiri di samping sepeda saya, untuk berfoto dan mendoakan saya. “Sing selamet, hati-hati di jalan,” katanya.

Dari Kebon Kopi kami bergerak menuju daerah Kopo. Melewati Jalan Cigondewah dan komplek Taman Kopo Indah. Saya lihat rombongan pengawal saya sudah jauh berkurang. Tujuan saya adalah Komplek Perumahan Batuwangi. Disini ada tinggal Mang Eno, paman dari istri saya.

Mang Eno, yang bernana asli Soewarno bersama kedua anaknya Diliani dan Ade Nugie, telah bersiap menyambut saya. Begitu tiba, Dili langsug mengajak saya masuk untuk nenyantap hidangan yang sudah disediakan.

Saya sempat ragu, karena pasukan yang saya bawa ini ada 8 orang. Khawatir Dili menyiapkan jamuan hanya untuk saya seorang. “Cukup Aa, nggak usah khawatir. Tapi lauknya hanya ikan asin,” katanya.

Kami lalu menyantap hidangan yang sudah disiapkan Dili. Balakecrakan. Alhamdulillah wareg.

Mang Eno ini pensiunan tentara. Tapi senang bercanda dengan mengeluarkan banyak jokes singkatan yang kami tidak tahu. “Mang Eno sekarang kegiatannya adalah Jawara Sira dan MUI,” katanya.

Dia lalu menerangkan Jawara Sira singkatan dari Jaga Jiwa dan Raga dengan Silaturahmi, dan MUI kependekan dari moyan unggal isuk.

Perut kenyang, kami kemudian pamitan. Tak lupa foto-foto dulu. Teman-teman sepedahan saya senang banget bisa foto bareng dengan motor gede yang ada di teras rumah Mang Eno. Saya ikut senang. Dili membekali saya dengan berbagai obat-obatan yang mungkin saya perlukan di perjalanan.

Topik Lain :  Sawi Hijau: Fakta Gizi dan Manfaat Kesehatan

 

Dari rumah Mang Eno kami bergeser ke Jalan Cibaduyut. Saya sudah janjian dengan Kang Omi, Ketua Minion Bandung mau mampir ke Rumah Singgah Sepeda Nusantara

Menariknya, di markasnya di Jalan Cibaduyut Lama itu, Kang Omi sedang kedatangan tamu pegowes dari Guatemala yang sedang keliling dunia. Alhamdulillah, kami pun berkenalan dan berbagi pengalaman. Meski komunikasi dengan bahasa Inggris belepotan.

Di rumah singgah ini teman-teman yang dari tadi mengawal saya berpamitan. Mereka mengawal hingga di titik itu saja. Saya ambil jalan arah timur, mereka ambi jalan ke arah Cimahi.

Dan saya memulai perjalanan touring sendirian. Di bypas Soekarno Hatta saya mulai mendapat lambaian tangan atau jempol dari pengendara motor yang nyalip. Mereka melihat tulisan di belakang sepeda tanda saya sedang menuju Merauke.

Dari jalan bypass saya masuk ke jalan Rancabolang untuk mampir ke rumah sahabat sejak kuliah; Gangsar Sukrisno. Dia goweser juga. Tapi bukan penggemar gowes jarak jauh seperti saya.

Sejak beberapa bulan lalu saya sudah janjian mau mampir ke rumahnya. Gangsar bahkan meminjamkan sepedanya untuk saya pakai touring. Sepeda keren. Yaitu Polygon Bend RIV. Tapi saya merasa lebih nyaman menggunakan Federal.

Setelah berbincang-bincang sebentar kami berpamitan. Gangsar membekali saya dengan pisang goreng buatannya sendiri. Maksudnya, dia yang menggorengnya, pisangnya sih ciptaan Yang Maha Kuasa.

Dari Rancabolang saya menuju Cibiru. Rutenya lewat jalan Margacinta, stadion GBLA, Stasiun Cimekar, dan Cibiru Hilir. Sudah lewat tengah hari, cuaca sudah panas, dan keringat mulai mengucur.

Dekat stasiun Cimekar saya berhenti di mushala kecil. Menyimpam sarung titipan teman.

Di Komplek Pilar Biru saya menemui Bi Atju, salah satu saudara ibu mertua saya. Saat saya tiba sayangnya Om Oka, suami Bi Atju sedang tidur di kamar. Saya tak tega untuk membangunkannya. Bi Atju lebih menyambut saya. “Duh, ieu nu hebat sapedahan kemana-mana. Cing bahagia,” katanya. Saat berpamitan saya dibekali buah-buahan: jeruk dan pepaya. Cocok.

Dari Cibiru saya meneruskan perjalanan hingga Jatinangor yang menjadi titik finish etape ini. Disini sudah menunggu Pak Turjihad, Ketua P3SRS Pinewood yang akan melaksanakan seremoni pelepasan saya. Kereeen.

Taufik Abriansyah

Jatinangor, 26 Apr 2025