GITULAH.COM — Day 56 [Merauke – Sota]
Pengantar Redaksi: Taufik Abriansyah, seorang pegowes sepeda asal Cipageran, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, akan melanjutkan rencana perjalanannya mengayuh dari Cipageran-Sabang-Merauke yang sudah dia lakukan beberapa bulan lalu. Setelah rute Cipageran-Sabang, kali ini mantan wartawan ini mulai menjelajahi rute Cipageran-Merauke. Gitulah.com menurunkan catatan perjalanan Taufik sejak Selasa (6/5/2025). Ini merupakan catatan perjalanan terakhirnya dari seluruh rangkaian Gowes Cipageran-Sabang-Merauke.
ALHAMDULILLAH wa syukurillah, hari ini saya akan menjalani rute terakhir Gowes Cipageran (KBB) – Merauke. Sekaligus menjadi hari terakhir pula catatan perjalanan ini.
Hari ini adalah hari ke-56. Angka yang mirip saat touring ke Sabang tahun lalu. Bedanya, dulu di hari ke-56 saya tiba kembali di rumah. Sementara sekarang ini hari ke-56 saya baru tiba di akhir tujuan.
Pagi ini saya cukup bersemangat untuk gowes ke Sota. Sepeda sudah saya bersihkan. Barang yang akan dibawa pun sudah saya siapkan. Dengan jarak 70 km berarti PP 140 km. Kalau jalannya datar dan lancar bisa saja saya tempuh dalam satu hari. Tapi kalau tidak, nanti saya mencari tempat bermalam.
Tapi, sayangnya pagi ini sudah terlihat mendung. Agak khawatir juga ada kemungkinan turun hujan. Sambungan hujan deras kemarin.
Saya lalu memikirkan opsi untuk menunda berangkat menjadi besok. Tapi, sayang juga waktu hari ini terbuang. Nah, di antara menimbang itu lalu terlintas untuk naik kendaraan saja. Bisa nyewa atau naik angkutan umum.
Untuk nyewa kendaraan yang sudah pasti mahal, untuk kelas peturing bermodal secukupnya seperti saya, adalah hal yang harus dihindari. Apalagi ada tersedia angkutan umum dari Merauke ke Sota. Yaitu Damri.
Namun, sayangnya bus ukuran 3/4 milik Damri sedang mogok. Selama bus masih dalam masa perbaikan, Damri menjalankan kendaraan tipe Elf untuk melayani penumpang di jalur ini.
Alhasil saya menjadi penumpang Damri. Sepeda saya parkirkan di Terminal. Saya simpan di tempat yang aman. Terlindung kalau seandainya turun hujan.
Berangkat dari Terminal Wamanggu jam 09.05, bus bergerak dalam keadaan penuh. Jalannya mulus dan rata. Tapi, jarang pemukiman. Melewati kawasan Taman Nasional (TN) Wasur, ada banyak terlihat rumah semut di pinggir jalan.
Melintasi TN Wasur saya jadi terkenang masa-masa anak saya masih kecil. Masih balita mungkin. Zaman itu di televisi ada serial “Anak Seribu Pulau” yang saya sukai. Salah satu episodenya bercerita tentang anak-anak di TN Wasur. Saya paksa bocil-bocil saya nonton serial itu bersama saya.
Sekitar jam 11.00 tiba di Sota. Saya hanya punya waktu sedikit saja, supaya tidak ketinggalan bus yang langsung balik lagi mengangkut penumpang ke Merauke.
Keadaan perbatasan Sota yang saya kunjungi hari ini jauh berbeda dengan kedatangan saya tahun 2009 lalu. Sekarang sudah sangat keren. Dan telah menjadi PLBN (Pos Lintas Batas Negara) yang resmi.
Di masa pemerintahan Jokowi sejumlah PLBN dibangun dengan megah. Termasuk PLBN Sota. Dengan alasan untuk menunjukkan kebanggaan bangsa Indonesia. Sekaligus menjadikan PLBN sebagai tempat wisata.
Namun saat saya tiba, suasananya sepi-sepi saja. Tidak ada pengunjung lain. Untunglah pak sopir Damri, Om Michael, baik hati. Dia turun dari kemudi untuk membantu mengambil foto saya.
Sota ini dulunya daerah transmigran. Kini sudah berkembang menjadi kawasan pemukiman. Tiap hari banyak warga PNG nyeberang ke sini. Untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Terutama sembako.
Kembali ke Merauke saya disambut hujan. Di sepanjang jalan maupun saat masuk kota. Bahkan saat di terminal, pas hujan lagi deras-derasnya. Om Michael mengarahkan mobil ke terminal yang ada kanopinya supaya kami tidak kebasahan. Sekali lagi saya bersyukur tidak memaksakan berangkat bersepeda hari ini.
Sembari nunggu hujan reda, saya blusukan di Pasar Wamanggu yang berada dalam satu area dengan terminal. Saya perhatikan hampir semua pedagang di kios adalah warga pendatang. Sementara warga lokal berjualan di emperan.
Lebih dari satu jam menunggu, hujan baru reda. Saya arahkan sepeda untuk mencari tempat makan. Di warung nasi padang di Jalan Parakomando saya mampir. Sudah saya incar dari kemarin.
Sebuah peristiwa mengesankan kembali terjadi. Saat sedang cuci tangan, seorang bocah asli Papua mendekati saya. Masya Allah, ternyata anak yang satu kapal dengan saya kemarin. Yang ikut duduk nonton televisi di matras saya. Kami sama-sama saling mengenali.
Sambil tersenyum dia mengusapkan tangan di perut. Saya paham dia lapar. Apalagi saat dia memberi bahasa isyarat orang yang sedang makan. Dia sontak kegirangan waktu saya silakan dia ikut saya makan. Dari yang semula senyum, jadi tawa gembira.
Alhamdulillah, perjalanan touring bersepeda “Gowes Cipageran (Kabupaten Bandung Barat) ke Merauke (Papua Selatan)” diwarnai banyak peristiwa mengesankan.
The End
Catatan perjalanan ini mengakhiri cerita perjalanan touring saya kali ini. Terima kasih kepada yang telah mengikuti perjalanan saya melalui tulisan.
Semoga bisa menghibur. Syukur kalau bisa memberi inspirasi.
Mohon dimaafkan bila ada hal-hal yang kurang berkenan. Mohon juga mendoakan saya tetap sehat, kuat, dan ada rezekinya untuk touring lagi.
Akhirul kata, seraya memohon berkah Allah Subhanahu wa ta’ala, saya tutup dengan Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Merauke, 24 Juni 2025
Taufik Abriansyah