Gagal ke Pulau Ende

Santai48 Views

GITULAH.COMDay 40 [Ende]

Pengantar Redaksi: Taufik Abriansyah, seorang pegowes sepeda asal Cipageran, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, akan melanjutkan rencana perjalanannya mengayuh dari Cipageran-Sabang-Merauke yang sudah dia lakukan beberapa bulan lalu. Setelah rute Cipageran-Sabang, kali ini mantan wartawan ini mulai menjelajahi rute Cipageran-Merauke. Gitulah.com menurunkan catatan perjalanan Taufik mulai Selasa (6/5/2025). Selamat mengikuti.

UNTUK mengisi kegabutan selama di Ende hari ini saya berniat melipir ke Pulau Ende. Ini nama kecamatan yang letaknya di pulau terpisah dari daratan Flores.

Saya mengetahui pulau ini beberapa hari lalu saat masuk kota Ende. Dari jalan di pinggiran pantai saya melihat ada perkampungan di pulau terpisah.

Nah karena saya tertahan di Ende, sembari menunggu kapal PELNI dari Maumere, saya mulai terpikir untuk ke pulau ini. Bisa menambah daftar pulau yang pernah saya singgahi.

Ada beberapa alasan mengapa saya ingin ke pulau ini. Salah satunya, dan yang paling penting, adalah saya ingin menyalurkan dana zakat mal teman saya Desnaidi Azis ke daerah terpencil.

Dari info yang saya dapatkan, Pulau Ende didiami masyarakat suku Ende, yang mayoritas warganya beragama Islam. Sebagian besar penduduknya nelayan dengan penghasilan pas-pasan.

Pagi ini sebelum mengayuh sepeda ke arah Pasar Mbongawangi, saya mendapat dua kabar dari Bu Anastasia, petugas PELNI yang saya temui dua hari lalu. Kabar baik dan kabar buruk.

Kabar baiknya ada tiket dari Baubau ke Ambon, seperti rencana saya. Dan kabar buruknya tiket tersebut non seat alias tidak mendapat tempat tidur/kursi. Kapal tersebut adalah KM Ciremai.

Mumpung tiketnya tersedia, saya oke saja. Dengan KM Ciremai dari Baubau ke Ambon hanya satu hari perjalanan saja. Insya Allah saya bisalah ngegoler di dek kapal. Kan saya ada bawa matras.

Topik Lain :  Nasi Timbel Komplit Mantab, Kuliner di Puncak Bogor

Karena sudah ada tiket dari Baubau ke Ambon, saya akhirnya memesan tiket untuk perjalanan Maumere – Baubau, dan Ambon – Merauke.

Alhamdulillah urusan pemesananan tiket sudah beres. Saya tinggal bersabar menunggu waktu pemberangkatannya saja. Alhamdulillah lagi, untuk tiket segmen Ambon – Merauke sudah di-cover oleh teman kuliah saya Hilman Tanuwijaya.

Teman-teman kuliah yang masih menjalin silaturahmi memang mendukung penuh perjalanan saya ini. Mereka menunjukkan dukungan dengan cara masing-masing. Misalnya Budi Nugraha, yang masih aktif sebagai wartawan, membantu perjalanan saya sebagai kemitraan dengan PWI.

Atau Dadang Rahmat Hidayat, yang kini menjabat Dekan Fikom Unpad, membuat even touring saya ini sebagai Gowes Harmoni Dies Natalis Fikom Unpad 2025. Saya tentu saja senang dan merasa tersanjung dengan dukungan teman-teman ini.

Tiba di Pasar Mbongawangi saya tuntun sepeda melewati pedagang yang berjejer di pinggir jalan. Mereka keheranan melihat saya. Mungkin jarang ada orang bersepeda masuk pasar seperti ini. Saya cuek saja.

Di belakang pasar ada dermaga tempat sandar kapal yang melayani penumpang ke Pulau Ende. Saya lihat ada dua kapal sedang sandar. Berukuran sedang. Yang bisa memuat sekitar seratusan penumpang. Salah satu kapal itu mengibarkan bendera organisasi keagamaan NU.

Namun, sayangnya dua kapal itu hari ini hanya melayani penumpang dengan trayek Ende ke Pulau Ende. Tidak langsung balik lagi. Baru besok nyeberang lagi ke Ende. “Nginap saja di pulau Bang, ada masjid, Abang bisa menginap di sana,” kata Har, sorang awak kapal yang saya temui.

Sebenarnya itu tawaran menarik. Namun, saya tidak siap perlengkapan. Lagi pula saya sungkan juga meninggalkan rumah kosong begitu saja.

Topik Lain :  Asmaul Husna Menghalau Mual

Akhirnya saya memilih ngadu bako saja dengan Har. Sambil memperhatikan kesibukan orang-orang yang mau nyeberang.

Ende, 8 Juni 2025

Taufik Abriansyah