Lebaran Tanpa Ketupat

Santai193 Views

GITULAH.COMDay 38 [Ende]

Pengantar Redaksi: Taufik Abriansyah, seorang pegowes sepeda asal Cipageran, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, akan melanjutkan rencana perjalanannya mengayuh dari Cipageran-Sabang-Merauke yang sudah dia lakukan beberapa bulan lalu. Setelah rute Cipageran-Sabang, kali ini mantan wartawan ini mulai menjelajahi rute Cipageran-Merauke. Gitulah.com akan menurunkan catatan perjalanan Taufik mulai Selasa (6/5/2025). Selamat mengikuti.

HARI ini menjadi hari yang sangat berkesan dalam hidup saya. Inilah kali pertama saya Lebaran tidak bersama keluarga. Saya merasakan Idul Adha sendirian.

Tambah berkesan lagi karena saya sedang berada di daerah di mana Muslim bukan sebagai penduduk mayoritas.

Suara takbir sebenarnya sudah terdengar dari tadi malam. Kebetulan tempat saya menginap rumah Dinas Kepala Balai TNK Pak Heru Rudiharto ini berdekatan dengan Masjid Agung. Namun meski mendengar takbir, saya tidak merasakan kesibukan persiapan menghadapi Lebaran.

Pagi ini sekitar jam 06.00 saya berjalan kaki ke Masjid Agung Nurul Hidayah. Sendirian karena Pak Heru pagi ini mengejar pesawat. Beliau mau nengok keluarganya di Bogor.

Masjid ini lumayan besar. Bisa menampung ribuan jamaah. Namun untuk tertibnya pelaksanaan Shalat Ied, jamaah laki-laki diarahkan ke dalam masjid. Sementara jamaah perempuan ditempatkan di bawah kanopi.

Di halaman masjid terlihat ada enam ekor sapi dan empat ekor kambing kurban. Menurut salah seorang jamaah, hewan kurban baru akan dipotong besok biar jumatan hari ini tidak terganggu.

Saat duduk dan ikut takbiran perasaan saya campur aduk. Baru kali ini saya Shalat Ied tidak bersama kedua anak laki-laki saya: Indiana dan Naratama. Hati saya sempat kecut memikirkan mereka Shalat Ied dengan siapa, seolah mereka masih anak kecil saja.

Tapi sejurus saya tersadar, mereka kini sudah besar-besar. Dan kelak bisa jadi mereka akan meninggalkan rumah. Lagi pula, saat merencanakan touring ini saya sudah menperhitungkan, saya akan berlebaran di perjalanan.

Topik Lain :  Sudah Tahukah Anda, Apa Itu Antioksidan?

Sekitar pukul 06.20 Shalat Ied dilaksanakan. Dan sekitar pukul 07.00 khutbah selesai. Setelah itu ada sesi salam-salaman. Tidak ada seorang jamaah pun yang saya kenal.

Kembali ke rumah, perasaan saya makin kosong. Tidak ada ketupat, opor ayam, dan sambal goreng kesukaan saya. Apalagi saya sendirian karena sang pemilik rumah Pak Heru sudah berangkat ke Bogor.

Saya rayakan Lebaran Idul Adha hari ini dengan memasak mie instant. Karena sendirian di rumah, saya bisa setel televisi, nonton Iwan Fals keras-keras. Bisa nyanyi dan jingkrakan sambil bertelanjang dada.

Yang cukup menghibur saya adalah video call dari istri dan anak-anak dari rumah. Mengucapkan selamat berlebaran sendirian. Mereka rupanya baru selesai Shalat Ied. Oh ya ada perbedaan waktu satu jam antara Ende dengan Bandung.

Selepas itu saya isi waktu dengan membersihkan sepeda. Sebenarnya sepeda perlu diservis, operan giginya sudah tidak mulus lagi. Tapi saya tidak menemukan bengkel sepeda di Ende. Adanya bengkel motor.

Saya coba oprek-oprek sproketnya. Ada perubahan, tapi tidak terlalu memuaskan. Lumayanlah. Saya masih yakin sepeda masih aman untuk diajak jalan jauh.

Selesai ngoprek sepeda, saya kembali membuka aplikasi PELNI. Memeriksa jadwal KM Sirimau. Belum ada perubahan, KM Sirimau masih menjalani docking dan belum ada informasi kapan akan berlayar lagi.

Saya akhirnya memutuskan untuk menempuh cara estafet. Yakni rute Maumere – Baubau, Baubau – Ambon, dan Ambon – Merauke. Namun betapa kagetnya saya ternyata untuk segmen Baubau – Ambon tiketnya sudah habis terjual. Wah celaka. Bisa gagal ini touring finish sampai Merauke.

Meski gelisah, saya belum putus harapan. Masih ada waktu seminggu. Saya harus mencari cara lain. Mungkin di aplikasi tiketnya sudah habis, tapi di agen penjualan masih tersedia.

Topik Lain :  Asmaul Husna Menghalau Mual

Selesai Shalat Jumat, saya keluarkan sepeda. Saya ingin ke kantor PELNI untuk mencari info lebih lanjut tentang tiket ini secara langsung. Saya tahu ini hari libur tanggal merah, mungkin saja kantor libur. Tapi saya tetap meluncur sekaligus untuk mengisi waktu.

Kantor PELNI yang berlokasi di Jalan Katedral ternyata buka. Saya dilayani dengan baik petugas PELNI Bu Anastasia. “Maaf tiketnya memang sudah tidak tersedia bapak. Tapi kami coba bikin pengajuan. Tidak janji, mana tahu bisa,” katanya. Dia lalu minta saya nomor telepon untuk dihubungi lagi nanti.

Meski belum dapat kepastian tiket, saya sudah sedikit tenang karena paling tidak ada harapan untuk dapat tiket.

Dari kantor PELNI saya arahkan sepeda ke daerah Kotaraja. Saya mampir ke Masjid Ar Rabithah. Di Masjid ini dulu Bung Karno sering shalat usai merenung di bawah pohon sukun di taman kota. Dulu di zaman BK ini adalah satu-satunya masjid yang ada.

Hari ini tanggal 6 Juni adalah hari kelahiran Bung Karno. Jadi rasanya saya seperti sedang merayakan hari ulang tahun Si Bung.

Saat kembali ke rumah di Jalan Kelimutu saya bertemu Pakde Kancil di depan SMP Negeri 1. Pakde Kancil ini goweser juga. Pensiunan tukang bakso yang pandai ngoprek sepeda. .

Alhasil sproket sepeda saya dioprek Pakde Kancil. Perpindahan giginya jadi enak lagi. Alhamdulillah. Hari ini menjadi Idul Adha yang sangat berkesan.

Ende, 06 Juni 2025

Taufik Abriansyah