Day 39: Nias, I Will Come!

Santai561 Views

GITULAH.COM — PENGANTAR REDAKSI: Mulai Jumat (19/7/2024) seorang penjelajah bersepeda bernama Taufik Abriansyah memulai ekspedisi “Gowes ke Sabang, Gowes ke Marauke”. Sesuai judulnya, mantan wartawan Majalah Tempo ini berniat gowes ke ujung barat dan timur Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dan merayakan Indonesia. Mulai Senin (22/7) gitulah.com menurunkan ekspedisi tersebut. Selamat membaca.

Day 39
Senin, 26 Agustus 2024
Sibolga

Kemarin tiba di Sibolga hari masih sore, membuat saya punya waktu untuk nyantai. Saya bisa menyelesaikan beberapa “day” catatan perjalanan, dan membaca-baca berita terkait info aktual.

Meski tak lagi ingin terlibat pada hiruk-pikuk urusan orang lain, termasuk urusan negara, saya merasa perlu untuk mengikuti perkembangan. Meski kadang agak telat. Ini saya perlukan karena di lapangan ada saja yang ngajak ngobrol soal situasi Tanah Air belakangan ini.

Saat nyantai di teras wisma sambil baca-baca berita, saya teringat bahwa Sibolga adalah kota pelabuhan menuju Pulau Nias. Pikiran saya mulai mengembara, bagamana kalau saya sekalian nyeberang ke Nias. Sekadar jalan-jalan pun tak apa. Minimal menambah jumlah pulau yang sudah pernah saya injak, dan menambah luasan wilayah Indonesia yang saya datangi.

Saya tanya Pak Teguh dan Pak Muslir Datuk Kuning, dua pegowes yang menemani saya sejak dari Bukittinggi, bagaimana kalau kita mampir Pulau Nias dulu? Keduanya justru sangat antusias. Apalagi nanti dari Nias bisa langsung nyeberang ke Aceh. Tidak balik ke Sibolga lagi.

Lagi asyik berselancar cara ke Pulau Nias, saya mendapat kontak rekan di ESQ Magazine dulu, Hanafi Haris Hasibuan. Dia menyesalkan saya tak mampir di rumahnya di Padang Sidempuan, atau ke tempat kerjanya di Batangtoru.

Topik Lain :  Day 23: Iwan Fals Menemani Saya Melewati Keheningan Belukar Sumatra

Masya Allah, ternyata saya melewatkan kesempatan bersilaturahmi dengan Hanafi. Saya tahu dia berasal dari Padang Sidempuan. Tapi saya sama sekali tidak menyangka dia sudah balik kampung. Saya mengira dia masih tinggal di Jakarta. “Sayang sekali kang. Padahal kita bisa ngopi-ngopi dulu,” katanya. Iya sayang sekali.

Pagi ini kami memutuskan untuk lebih dahulu mencari informasi tentang tiket ke Pulau Nias, ketimbang langsung gowes ke arah Tarutung. Dalam jadwal itinerary yang saya susun, kota selanjutnya setelah Sibolga adalah Tarutung. Setelah itu Siborong-borong dan Sidikalang, atau bergeser dikit ke Danau Toba. Dari orang di Pelabuhan kami dapat info ada kapal yang berangkat ke Nias nanti malam. Tiket nya harus dibeli via online. Mereka tidak melayani penjualan tiket secara langsung.

Saya mencoba membuka website operator Kapal Ferry yang melayani penyeberangan ini. Entah mengapa di website hanya bisa membeli tiket penumpang. Sementara untuk tiket sepeda selalu gagal. Kami lalu mendatangi konter penjualan tiket yang ada di dekat pelabuhan.
“Bisa kami bantu bang. Tapi tiket manual. Tidak apa-apa kan, yang penting abang dengan sepeda bisa naik,” kata si penjual tiket.

Menurut jadwal, Ferry dari Sibolga ke Pulau Nias berangkat jam 20.00. Kami diminta sudah di pelabuhan sejam sebelumnya. Harga tiketnya lumayan kencang. Dari sekitar Rp 100 ribu di website, di konter ini kena Rp 160 ribu. Ditambah pula boarding pass pelabuhan Rp 10 ribu.

Dari pelabuhan kami menuju warung makan. Rumah makan Padang supaya merasa lebih tenang karena di Sibolga ini banyak non-Muslim.

Ini makan yang dijamak. Sarapan sekaligus makan siang. Di rumah makan ini kami tertahan cukup lama karena turun hujan. Sangat deras. Ada sekitar dua jam baru reda. Setelah hujan berhenti, kami mengayuh menelusuri kota Sibolga. Lantaran kota memang kecil, sebentar saja sudah beres terkelilingi.

Topik Lain :  Meroket, Popularitas Serial Komedi Dibintangi Presiden Ukraina

Masih banyak waktu menunggu malam, saya sempatkan mampir ke Bank Syariah Indonesia (BSI). Saya mengurus BSI mobile karena sudah menggunakan hape baru yang dibeli di Bukittinggi.

Pegawai BSI Cabang Sibolga menjadi heboh saat mengetahui saya datang bersepeda dari Bandung. “Masya Allah pak, gak capek ?” Mereka lalu mengajak saya berfoto bareng.

Kami menunggu malam di mushala Kantor Pos Sibolga. Mushalanya nyaman karena ada AC, kontras dengan suasana luar yang terasa panas sejak habis hujan tadi.

Selepas maghrib kami menuju Pelabuhan Sibolga. Tapi dari jadwal jam 20.00, baru sekitar jam 23.00 Ferry yang saya tumpangi mulai bergerak. Kami harus menunggu dua kapal Ferry (KM Wira Glory dan KM Wira Nauli) berangkat dulu, baru giliran kapal Ferry (KM Wira Harmoni). Perjalanan laut akan ditempuh kurang lebih 12 jam. Nias I will Come !

Taufik Abriansyah