Day 25: Ngobrol Soal Willy, Radhar, Hingga Orang Indonesia

Santai590 Views

GITULAH.COM PENGANTAR REDAKSI: Mulai Jumat (19/7/2024) seorang penjelajah bersepeda bernama Taufik Abriansyah memulai ekspedisi “Gowes ke Sabang, Gowes ke Marauke”. Sesuai judulnya, mantan wartawan Majalah Tempo ini berniat gowes ke ujung barat dan timur Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dan merayakan Indonesia. Mulai Senin (22/7) gitulah.com menurunkan ekspedisi tersebut. Selamat membaca.

Day 25
Jambi

Pagi ini saya nyantai. Terpaksa nyantai sebenarnya. Oleh Helda, hape saya dibawa ke tukang servis tadi malam. Dan janjinya baru selesai nanti sekitar jam 10.00.

Jadi pagi itu saya menyaksikan keriuhan di rumah Helda menjelang anak-anak berangkat sekolah. Selain dua anaknya, ada lagi dua anak Hesti yang kebetulan menginap tadi malam. Seru. Situasi ini pernah saya alami di rumah saat anak-anak masih kecil.

Cik Nur ini sepupu ibu saya. Punya 5 anak. Heni, Hesti, Helda, Lili, dan Riki. Kami dekat karena sudah kenal sejak masa kecil dulu.

Oleh Helda saya dibelikan sarapan Lontong Padang. Dan tentu saja segelas kopi. Kali ini kopi Jambi. Enak.

Sekitar jam 10.00, Rizky, suami Helda, pulang mengantarkan hape saya. Baterenya harus diganti. Begitu pula tombolnya. Tidak apa, yang penting bisa berfungsi lagi.

Saat berpamitan, Cik Nur memasukkan berbagai roti yang tadi disajikan di meja ke dalam ransel saya. Lumayan buat bekal. Saya lalu meluncur ke daerah Sungai Kambang ke Bengkel Babe Bike.

Di jalan saya menerima pesan whastapp dari Cik Nur.
“Pek, di tas belakang tu ado la dikit untuk beli es kalu haus. He he,” katanya.
Waduh, ternyata Cik Nur ngasih bekel juga.
Saya balas dengan bercanda, “Ngapo sedikit tu…,”

Topik Lain :  Serba-serbi Manfaat Jahe Bagi Kesehatan Anda

Tiba di bengkel Babe, Oom Iif alias Babe ternyata sudah menunggu. Rantai bisa dibeli dan diambil di toko sepeda di Jalan Hayam Wuruk. Nanti saya ke sana diantar tukang ojek langganan Babe. Lagi pula Oom Isman, sang mekanik, masih ada kesibukan lain.

Saya dengan Babe punya waktu untuk ngobrol lebih banyak. Dan ternyata persinggungan kami cukup menarik. Ini bermula ketika saya menunjuk poster penyair WS Rendra yang dipasang di dinding. “Wah keren ada Mas Willy,” kata saya spontan.

Babe rupanya bereaksi lain. “Kenal dengan Mas Willy,” tanyanya. Nama panggilan Willy kepada penyair WS Rendra biasanya diketahui oleh lingkungan yang pernah bersinggungan saja.

Saya jelaskan bahwa saya dulu pernah main ke Bengkel Teater di Depok.
“Saya punya teman akrab waktu SMA, anak Bengkel,” jawab saya.

Babe makin tertarik. Ternyata dia dulu beberapa kali terlibat dalam proses produksi pementasan Bengkel Teater. Waktu saya sebut nama teman saya itu Radhar Panca Dahana, Babe terkaget-kaget. “Masya Allah. Saya juga kenal baik dengan Radhar. Wah.. wah..,” katanya.

Kami kemudian bercerita tentang almarhum Radhar. Lalu soal-soal seni. Untuk sementara, urusan sepeda tidak dibahas. Dan kami makin dekat lagi saat Babe sedikit membuka identitasnya. Bahwa dia adalah Ketua OI (Orang Indonesia), kumpulan penggemar Iwan Fals, yang pertama. Iif Ranupanie, begitu namanya dikenal sebagai Ketua OI.

Saya jelaskan bahwa saya hapal semua lagu Iwan Fals sejak album Imitasi sampai album Raya. “Tapi saya penggemar garis lunak. Bukan garis keras,” tambah saya buru-buru. Babe tertawa mendengarnya.

Lumayan lama saya di tempat Babe. Sempat pergi dulu ke toko sepeda di jalan Hayam Wuruk dan kembali ke bengkel untuk memasangnya. Kami sempat shalat Dzuhur dan shalat Ashar berjamaah.

Topik Lain :  Transit di Kota Manise

Lepas Ashar saya pamit pulang. Saya sungguh tidak enak hati ketika Babe menolak pembayaran dari saya. “Sudah, ini rezeki. Nanti Babe juga ada rezekinya,” katanya.

Dari tempat Babe saya kembali menuju daerah Telanaipura. Sesuai janji, malam ini saya akan nginap di rumah Cek Iyet, saudara dari pihak bapak.

Di dekat Universitas Jambi (UNJA) saya sempat berhenti. Singgah dulu di warung pempek.

Senin, 12 Agustus 2024

Taufik Abriansyah

News Feed