Day 13: Perasaan Saya Berbunga-bunga

Santai821 Views

GITULAH.COMPENGANTAR REDAKSI: Mulai Jumat (19/7/2024) seorang penjelajah bersepeda bernama Taufik Abriansyah memulai ekspedisi “Gowes ke Sabang, Gowes ke Marauke”. Sesuai judulnya, mantan wartawan Majalah Tempo ini berniat gowes ke ujung barat dan timur Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dan merayakan Indonesia. Mulai Senin (22/7) gitulah.com menurunkan ekspedisi tersebut. Selamat membaca.

Day 13
Way Kanan – Baturaja (Sumsel)

Tadi malam, saat menikmati jamuan Oom Amir beserta keluarga, datang Oom Teguh, pemilik RF (Rumah Federal) Way Kanan. Dia buru-buru minta maaf karena tidak bisa menerima saya di RF.

Dari ruang makan, kami melanjutkan perbincangan di teras rumah Oom Amir. Karena hobi yang sama kami pun langsung akrab. Oom Teguh dan Oom Amir ini ternyata sama-sama pegawai Pemda Kabupaten Way Kanan.

Oom Amir beserta keluarga menerima saya dengan hangat. Saya tidur di kamar putri keduanya yang berumur 8 tahun, Afwa. Pagi ini, sebelum berangkat, istri Oom Amir juga membekali saya dengan nasi bungkus dan kue-kue buatannya. Istri Oom Amir ini punya usaha katering yang lumayan ordernya.

Oom Amir sendiri tidak mengizinkan saya berangkat sendirian meninggalkan Blambangan Umpu. _”Saya antar sampai ketemu jalan lintas Sumatra sambil mampir ke RF,” katanya.

Saya merasa tidak enak. Khawatir mengganggu pekerjaan Oom Amir. Apalagi pagi itu dia bertugas mengantarkan kue-kue usaha katering istrinya. Tapi dia keukeuh ingin gowes bareng saya.

Sekitar jam 08.00 kami bergerak. Meninggalkan rumahnya dan kembali ke arah bunderan yang ada Patung Musannif Ryacudu. Namun, kali ini mengambil arah jalan berbeda dari kemarin. Oom Amir mengarahkan saya menempuh jalan yang lebih pendek mencapai jalan raya lintas tengah. Hanya sekitar 7 km. Tapi soal turunan dan tanjakan sama pedasnya.

Melewati kampung Umbu Kencana, akhirnya kami tiba di muara jalan. Di sisi kanan ada rumah Oom Teguh yang jadi RF. “Karena posisinya di jalan lintas tengah inilah, rumah Oom Teguh yang jadi RF,” kata Oom Amir. Saya pun singgah.

Oom Teguh sudah menunggu di bale-bale depan rumahnya. Kami kembali terlibat pembicaraan. “Meski jalur ini tidak sepopuler lintas barat atau lintas tengah, sudah ada beberapa peturing yang mampir di RF kami,” kata Oom Teguh. Bahkan ada juga peturing yang mampir dengan tujuan Makkah.

Saya tidak berlama-lama. Dengan membawa beberapa pisang yang tadi disuguhkan, saya pamit untuk meneruskan perjalanan. Kembali masuk jalan raya lintas Sumatra, bertemu bus-bus besar, dengan kontur jalan rolling. Di tanjakan Tanjung Raja Giham saya sempat berhenti lama. Minum dan atur napas.

Di daerah Way Tuba, saya melihat helikopter meraung di udara. Ada tentara dengan motor trail. Daerah ini memang dekat area militer. Bahkan ada Lapangan Udara Gatot Subroto. Setelah melewati kawasan lapangan udara, di kiri jalan saya melihat gereja. Bangunannya cukup besar. Gereja Batak Protestan. Ini gereja pertama yang saya lihat sepanjang melintasi jalur di Sumatra.

Topik Lain :  Day 20: 'Gowes Kau Ini Meramaikan Silaturahmi Keluargo'

Beberapa kilometer kemudian saya tiba di Tugu Selamat Jalan dari Provinsi Lampung. Persis di sebelah kirinya ada Masjid Sabilul Rosyad.
Perasaan saya berbunga-bunga. Ini momen penting dalam perjalanan touring saya kali ini.

Perasaan saya makin berbunga-bunga saat membaca pesan whatsapp dari sohib saya, Budi Nugraha. Teman seperjuangan sejak ngekos di Sekeloa ini mengabarkan bahwa teman-teman seangkatan Fikom Unpad 86 telah mengirim sejumlah dana mendukung ekspedisi saya ini.

“Sebagai rasa bangga, ada teman seangkatan melakukan misi yang tidak sembarang orang bisa melakukannya,” kata Budi.

Sebelumnya saya sudah mendengar kabar, Ardi Nugraha, teman seangkatan yang tinggal satu komplek, menanyakan nomor rekening saya. Aslinya saya merasa bangga dan terharu. Dan ada juga sedikit perasaan was-was. Bangga dan terharu karena perjalanan bersepeda saya ini telah menarik perhatian banyak orang. Sedikit was-was karena ini sekaligus menjadi tanggung jawab untuk menyelesaikan perjalanan hingga ke tujuan: KM 0 Indonesia.

Masuk wilayah Provinsi Sumatra Selatan disambut tiga bangunan tugu. Yaitu: Tugu Provinsi, Tugu Kabupaten OKU (Ogan Komering Ulu) Timur, dan Tugu Korem 44 Garuda Dempo.

Nanjak sedikit setelah tugu, saya tiba di Komplek Pemda Kabupaten OKU Timur di Martapura. Saya terus mengarahkan sepeda ke samping gedung kantor bupati, ke kantor Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja). Saya akan bertemu dengan Pak Edward, yang sudah menjalin kontak sejak pagi.

Pak Edward ini adalah saudara Bunda Susi, rekan sesama pengurus Pinewood Apartement, Jatinangor Sumedang. “Kalau lewat Martapura, mampir ke kakak saya,” pesan Bunda Susi sebelumnya.

Di depan kantor Satpol PP, Pak Edward telah menunggu saya. Dia menyambut saya dengan hangat. Diajaknya saya masuk ke ruang kerjanya dan berbagi cerita. “Kami bangga sekali, seorang peturing dengan perjalanan luar biasa berkenan singgah di kantor kami,” kata Pak Edward.

Meski baru kenal, kami ngobrol dengan akrab. Sesekali diselingi gelak tawa. Sebelum berpisah, Pak Edward memberi buah tangan berupa minuman dan sebungkus pempek. Wah cocok. Ini makanan kesukaan saya.

Saat ambil foto di depan papan kantor bupati, beberapa pria yang sedang melatih anak-anak Paskibra mendekati saya. Tampilan sepeda dengan gembolan di kiri kanan plus bendera merah putih tentu saja menarik perhatian.

Mereka mengajak berkenalan dan minta foto bersama. Menyadari saya gowes jauh dari Bandung dengan tujuan Sabang, saya lalu diminta mendekati anak-anak Paskibra untuk memberi pidato motivasi. Waduh…!

Saya menolak dengan halus. Rasanya belum pantaslah saya memberi wejangan untuk anak-anak keren itu. Selain itu saya mengejar waktu agar bisa dzuhur berjamaah di masjid. Dalam perjalanan ini, alhamdulillah saya selalu mengatur waktu bisa dzuhur berjamaah di masjid. Syukur kalau bisa di masjid terbesar di tempat itu. Sekaligus istirahat sebenarnya.

Topik Lain :  Sampai Asmat tapi Hujan

Untunglah mereka memaklumi. Salah satunya, Pak Sancoko, memberi nomor teleponnya. “Kalau ada apa-apa selama berada di wilayah OKU Timur, jangan ragu kontak saya,” katanya. Beliau ternyata Ketua Forum Komunitas se-OKU Timur.

Sekitar satu kilometer dari kantor bupati, saya melipir ke Masjid Agung Sabilul Mutaqien. Ini masjid terbesar di Martapura. Bersamaan saya masuk masjid, pas adzan berkumandang.

Selesai shalat dzuhur, saya menepi di teras masjid. Nasi bungkus bekel dari Oom Amir, dan pempek pemberian Pak Edward, saya sikat. Beres makan dan ngagoler sebentar, baru saya melanjutkan perjalanan.

Melewati Jembatan Komering, saya melihat pedagang kempelang (semacam kerupuk) yang digantung dengan rapi. Setelah itu saya melihat Patung Ikan Patin. Daerah ini memang dikenal sebagai penghasil ikan patin.

Tidak jauh setelah melintasi Puslatpur (Pusat Latihan Tempur) saya mengalami peristiwa mirip kejadian kemarin. Kali ini sopir boks yang melambaikan tangan minta saya berhenti. Dia lalu memberi saya roti bungkus. “Ini pak, rezeki bapak,” katanya.

Kali ini saya tidak menolak. Lantaran yang mau diberikan adalah makanan, bukan uang.
“Iya terima kasih,” jawab saya. Ternyata roti isi kacang ijo. Cocok. Alhamdulillah. Semoga berkah, mang.

Beberapa ratus meter kemudian saya dihadapkan kemacetan antrean truk. Lumayan panjang. Rupanya mereka tertahan karena ada rel kereta api. Di situ ada Stasiun Sungai Tuha.

Setelah rel, jalan mulai mendaki. Dan hutan. Ada sekitar setengah jam saya sama sekali tidak melihat rumah penduduk. Di speedometer saya lihat sudah sekitar 6 km saya berjalan di hutan. Rumah pertama yang saya temui adalah warung makan “Jember”. Itu pun dalam keadaan tutup.

Setelah mengayuh 68 km dari Blambangan Umpu, akhirnya saya masuk wilayah Ogan Komering Ulu (OKU). Jarak ke Baturaja (ibukota Kabupaten OKU) masih sekitar 20 km lagi. Saya melipir dulu ke masjid, nunggu Ashar.

Di Baturaja saya akan menemui Oom Slamet, adik kandung tetangga saya di Cipageran, Pak Asnawi. Sekitar jam 17.00 saya tiba di pusat kota Baturaja. Saat ambil foto di plang nama Baturaja, seorang sopir betor (becak motor) mendekati saya. Mengajak berkenalan, dan berbincang-bincang.

Namanya Andi. Dia mengaku pernah kuliah di Fakultas Hukum Unpad. “Saya dulu kos di Ciheulang dan Sekeloa,” katanya. Wah, ternyata teman sealmamater alumni Sekeloa, Bandung.

Rabu, 31 Juli 2024

Taufik Abriansyah.

News Feed