Perjalanan Sudah Sampai untuk Mengarungi Tanah Sumatra

Santai622 Views

GITULAH.COMPENGANTAR REDAKSI: Mulai Jumat (19/7/2024) seorang penjelajah bersepeda bernama Taufik Abriansyah memulai ekspedisi “Gowes ke Sabang, Gowes ke Marauke”. Sesuai judulnya, mantan wartawan Majalah Tempo ini berniat gowes ke ujung barat dan timur Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dan merayakan Indonesia. Mulai Senin (22/7) gitulah.com menurunkan ekspedisi tersebut. Selamat membaca.

Day 5
Jakarta – Bakauheni
Hari ini saya mulai dengan penuh semangat. Bangun pagi sekitar pukul 05.00 saya segera melaksanakan shalat Subuh. Sesudah itu saya langsung menyeduh kopi.
Sambil nyeruput kopi dan mencubit roti sobek yang ada, saya berkemas-kemas. Merapikan kembali barang-barang yang akan dibawa. Barang yang akan digunakan selama perjalanan, saya simpan di ransel. Sementara barang yang belum terlalu dibutuhkan, saya simpan di pannier.
Setelah semua beres, saya mandi. Sudah segar, sebelum berangkat, saya menghabiskan nasi sisa yang ada di magic com. Lumayan hari ini saya sempat sarapan rada berat. Karena jarak yang akan saya tempuh hari ini lebih dari 100 km.
Sekitar jam 07.00 saya mulai bergerak. Anak saya Geminasititi Purinami mengantar hingga keluar dari tempa tinggalnya. Dari Puri Kembangan saya mengarahkan sepeda ke arah Tangerang. Melewati jembatan kereta api Stasiun Rawa Buaya, terus belok kiri di Jalan Daan Mogot.
Sebelum masuk kota Tangerang saya sempat berhenti untuk memompa ban yang kurang angin. Saat itulah saya baru menyadari cover speaker di stang sepeda ternyata tidak ada. Ya sudah yang penting masih bisa berfungsi.
Speaker saya perlukan saat touring jauh seperti ini. Di dalam speaker ada kartu memori micro SD untuk menyimpan lagu. Sudah pasti lagu Iwan Fals yang disimpan paling banyak. Biasanya untuk menemani saat-saat hening di jalanan, saya nyetel lagu Iwan Fals. Hampir semua lagu Iwan Fals saya hapal.
Masuk kota Tangerang jalannya cukup berliku. Sebagian jalan satu arah. Saya harus fokus memperhatikan tanda rambu yang mengarahkan jalan ke arah Merak. Saya juga sempat berhenti untuk memeriksa google maps untuk memastikan arah yang saya tempuh memang sudah benar.
Setelah melewati jembatan di atas Sungai Cisadane,  saya terus mengarahkan sepeda ke arah Merak. Sepanjang jalan terlihat banyak baliho calon Gubernur Banten dan calon Bupati Tangerang. Di antara baliho yang paling enak dilihat adalah foto mantan wali kota Tangerang Selatan, Airin.
Jalan cenderung datar. Tapi suasana lalu lintas terbilang ramai lancar. Saya bisa mengayuh lumayan kencang. Bahkan saya bisa menggunakan gigi depan dalam posisi gigi tinggi. Yang menghambat laju saya adalah marka polisi tidur di depan Marka Yonif Mekanis 203/Arya Kemuning. Begitupun saat masuk ke wilayah perbatasan Kabupaten Tangerang saya dihadapkan kemacetan truk-truk besar. Sepeda saya jalankan pelan di sisi kiri truk.
Mengayuh terus menerus tak urung membuat peluh saya bercucuran. Tapi saya merasa badan saya tetap wangi. Maklumlah tadi saya menggunakan parfum produk *Scarlett* pemberian keponakan saya : Della Dialektika.
Melewati lampu merah pertigaan Curug, tiba-tiba saya dihentikan goweser yang sedang berhenti di tempat itu. Salah satunya adalah Om Yanto Ranger, yang juga dikenal sebagai Om BW. Beliau juga peturing yang tergabung dalam KSTI (Komunitas Sepeda Touring Indonesia).
Oom BW mengajak saya menunggu rombongan belakang yang baru berangkat dari RF (Rumah Federal) Tangerang. “Kita peletonan saja,” kata Oom BW.
Beberapa menit kemudian muncul rombongan goweser. Setelah itu kami gowes bersama-sama menuju Merak. Ada sekitar 30 sepeda beriring-iringan dalam formasi satu persatu seperti orang Baduy berjalan. Bendera merah putih berkibar di mading-mading sepeda. Rasanya keren banget.
Dalam peleton panjang ini rupanya ada rombongan DFB (Demen Federal Bali) berjumlah enam orang. Saya berkenalan dengan mereka saat rest di Indomaret Balaraja. Sekitar 45 kilometer dari titik saya start.
Berada dalam peleton juga membawa saya terseret untuk berlari kencang. Kecepatan sudah rata-rata 20 km. Saya bisa menyetel gigi maksimal karena treknya rata dan lebar.
Di Indomaret Kibin (kilometer 60) kami berhenti lagi. Hari sudah panas pisan. Saat jalan lagi, saya keluar dari peleton. Melipir ke Masjid Ali Misri untuk shalat Dhuhur sekaligus istirahat.
Saya berhasil bertemu lagi dengan rombongan DFB saat masuk kota Cilegon. Mereka ternyata banyak berhenti selama di jalan karena salah seorang goweser ada yang mengalami keram.
Tiba di daerah Kramatwatu saat memeriksa jarak di hape, saya mendapat kabar bahwa Majalah Gatra berhenti terbit. Saya agak tertegun juga. Majalah tempat saya bekerja dulu telah tiba pada masa akhirnya.
Sekitar Maghrib saya tiba di Pelabuhan Merak. Lantaran baterai hape mati, saya tidak bisa membeli tiket ferry melalui aplikasi. Alhasil saya harus membeli di konter tiket masuk pelabuhan. Terpaksalah membayar Rp 20 ribu lebih mahal. Untuk menyeberang ke Merak dengan sepeda saya kena Rp 45 ribu.
Meskipun  membayar lebih mahal dibanding membeli tiket via aplikasi, ternyata saya tetap beruntung. Rezeki saya, saat antre giliran naik kapal ferry, sepeda saya diarahkan petugas masuk ke kapal eksekutif. Jadilah saya penumpang kapal eksekutif yang waktu tempuhnya selisih dua jam dengan kapal ferry reguler.
Sekitar pukul 22.00 kapal yang saya tumpangi sandar di Pelabuhan Bakauheni. Akhirnya perjalanan gowes saya sudah sampai untuk mengarungi tanah Sumatra.
Dari pelabuhan ke Menara Siger, tempat Masjid BSI yang jadi tujuan akhir ettape saya ini, hanya sekitar satu kilometer. Tapi kontur jalannya menanjak tajam. Untungnya saya barengan dengan teman-teman dari Bali. Jadi saya tidak keueung teuing.
“Kita barengan saja Oom. Kami tidak tahu jalan,” kata Nyoman Darma, salah satu dari mereka.
Sekitar setengah jam ngos-ngosan mendaki jalanan Bakauheni, akhirnya kami tiba di Komplek Menara Sieger. Panitia Jamnas yang stand by di tempat itu mengarahkan masuk ke masjid.
Teman saya dari Bali itu semula ragu untuk ikut masuk ke masjid. Maklumlah mereka semua beragama Hindu. Setelah saya dan panitia meyakinkan mereka bahwa yang akan kita tempati untuk beristirahat ini bukanlah area shalat, barulah mereka mau masuk.
Di lantai bawah masjid sudah ada ratusan goweser yang lebih dulu datang. Saya pun mencari lapak untuk meletakkan matras. Setelah mandi, saya pun tertidur. Total sekitar 126 km saya gowes hari ini.
Selasa, 23 Juli 2024
Taufik Abriansyah

Topik Lain :  Jumlah Turis Asing pada Desember 2022 Meroket 447,08 Persen