GITULAH.COM — PENGANTAR REDAKSI: Mulai Jumat (19/7/2024) seorang penjelajah bersepeda bernama Taufik Abriansyah memulai ekspedisi “Gowes ke Sabang, Gowes ke Marauke”. Sesuai judulnya, mantan wartawan Majalah Tempo ini berniat gowes ke ujung barat dan timur Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dan merayakan Indonesia. Mulai Senin (22/7) gitulah.com menurunkan ekspedisi tersebut. Selamat membaca.
Day 2
Karawang – Bogor
Bangun di hari kedua perjalanan ini badan saya terasa sedikit pegal. Mungkin karena sudah agak lama juga saya tidak gowees jauh. Namun begitu, saya sangat yakin bisa menyelesaikan etape ke-2 hari ini (Sabtu, 20/7/2024).
Jarak dari Karangpawitan, Karawang, ke Komplek Ciluer Permai di Kabupaten Bogor yang akan saya tuju ada sekitar 84 km. Lebih pendek dari etape 1 kemarin (Jumat, 19/7) yang nyaris mencapai 100 km.
Komplek Ciluer Permai adalah kediaman ibu dan kakak saya. Sudah menjadi kebiasaan, sebelum main jauh biasanya saya mampir dulu ke ibu.
Sekalian saya ingin mencoba melewati jalan yang belum pernah saya lalui. Dari Karawang saya berencana menempuh rute melalui Cikarang – Setu – Cileungsi – Citeureup hingga Sentul.
Karawang bukan kota yang asing buat saya. Beberapa kali saya pernah main ke daerah yang punya semboyan “Pangkal Perjuangan” ini. Apalagi di sini ada rumah Hilman Tanuwijaya. Sahabat sejak zaman kuliah dulu.
Entah mengapa dengan Hilman ini saya nyambung terus. Setelah sibuk dengan pekerjaan dan urusan masing-masing, ada saja jalan saya berjumpa Hilman. Sewaktu dia bertugas di Padangsidempuan, Sumatra Utara, saya berkesempatan menyambanginya. Sebaliknya, saat saya sering bolak-balik ke Papua, Hilman ditugaskan ke Jayapura.
Karena sudah “bestie” (kata anak sekarang) kami sudah sangat cocok. Maka tak heran kalau pagi ini kami bercengkerama menikmati kopi sambil sarungan mengenang cerita-cerita lama.
Sebelum berangkat, saya disilakan sarapan dulu. Menunya gepuk andalan bikinan sang istri. Tidak hanya makan di tempat, saya juga dibekali nasi plus gepuk itu untuk makan siang. Alhamdulillah, selamat pengeluaran untuk makan siang.
Sekitar jam 08.00 saya bergerak meninggalkan Karawang. Dari Karangpawitan saya belok kanan mengambil jalan ke arah Jakarta. Cuaca sudah terasa panas.
Di daerah Tanjungpura, beberapa meter sebelum masuk wilayah Kabupaten Bekasi, saya nyaris mengalami insiden yang bisa membuat celaka.
Saat mengayuh bersisian dengan mobil boks pembawa barang, ternyata mobil itu berbelok kiri. Mungkin mau masuk ke bangunan yang menjadi tujuannya. Sopir truk mungkin tidak melihat ada sepeda di samping kiri.
Saya berteriak sekuat tenaga… “Hooooop.. Tahaaaan… “.
Untunglah mungkin sopir mendengar teriakan saya. Sebelum benar-benar menggunting sepeda, mobil berhenti. Tapi tak urung sepeda saya sudah terperosok ke bahu jalan dan hampir masuk selokan. Susah payah saya mengendalikan sepeda agar tidak jatuh.
Sejurus jantung seperti berhenti berdenyut. Saya lalu menenangkan diri menganggap kejadian ini sebagai pertanda supaya lebih berhati-hati. Setelah saling melambaikan tangan, saya kemudian kembali mengayuh sepeda.
Tidak henti-hentinya saya mengucap syukur selamat dari insiden itu. Kalau sedikit saja tersenggol mobil itu, pasti celakalah saya. Minimal masuk ke selokan.
Trek dari Karawang ke arah Cikarang hampir semuanya datar dan cenderung lurus. Yang bikin repot adalah cuaca panasnya. Untungnya arah perjalananan ke arah barat. Jadi posisi matahari ada di belakang kepala saya.
Di Cikarang saya mampir ke rumah Pak Irwan Tristianto, teman sesama pengurus di Pinewood Apartemen. Saya memang sudah janjian akan mampir ke rumahnya bila gowes melintas Cikarang.
Teman-teman di Pinewood sangat mendukung kegiatan saya. Meski sejak bulan lalu tidak lagi jadi pengurus, pak Turjihad (yang sekarang menjadi ketua) menggelar acara pelepasan sehari sebelum saya berangkat.
Seluruh karyawan mengenakan kaos yang sengaja diproduksi sebagai dukungan touring saya. Kaos itu diproduksi bersama dengan pihak Premium yang mengelola Pinewood. Sayangya pak Dance Aquarianto pimpinan Premium tidak dapat hadir ikut melepas karena berkantor di Jakarta.
Pak Irwan antusias menyambut saya. Dia bahkan berusaha mencegat saya di perempatan Hitachi, beberapa meter dari tempat tinggalnya di komplek Telaga Sakinah.
Di teras rumahnya yang asri kami berbincang-bincang. Sekaligus saya beristirahat. Pak Irwan mengaku salut atas pencapaian gowes saya yang sudah sampai ke mana-mana.
Setelah merasa segar lagi saya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Saat bersalaman, Pak Irwan ternyata menyelipkan amplop untuk nambahi bekel saya. “Untuk beli pocari,” katanya. Alhamdulillah.
Dari Telaga Sakinah saya mengarahkan sepeda ke arah Setu, melewati Kalimalang dan Sekolah Tinggi Transportasi Darat milik Kementerian Perhubungan.
Menjelang waktu Dzuhur, saya berhenti di Masjid Jami Baiturahim. Selain shalat, di sini saya sempat tidur sebentar dilanjutkan makan siang yang dibekali Hilman. Cukup lama saya ngetem disini. Maklumlah matahari terasa sangat panas. Baru sekitar jam 14.00 saya bergerak lagi.
Di Setu saya mampir ke rumah keponakan saya, Prana Pratama. Pran ini punya tanggal lahir yang sama dengan anak sulung saya: Indi. Hanya dia setahun lebih tua.
Saat tiba di rumah Pran di komplek Graha Cipta Tamansari, saya disambut istri dan dua anaknya. Pran sendiri sedang di tempat kerja.
Saya melihat di jalan Setu ini banyak sekali komplek bernama Tamansari. Semula saya kira itu nama pengembangnya. Ternyata itu nama desa.
Dari Setu saya masuk wilayah kecamatan Cileungsi. Saya mampir di masjid Al Ansor, neduh sambil nunggu Ashar.
Saya merasa senang karena masjid ini ramah musafir. Di terasnya ada dispenser lengkap dengan kopi dan teh. Ada pula colokan listrik yang bisa kita gunakan untuk ngecas baterai hape. Jarang-jarang saya bertemu masjid seperti ini.
Hari makin sore. Saya sadar pasti akan gowes melewati maghrib lagi. Apalagi di perempatan Cileungsi macet panjang karena sedang ada pengecoran jalan. Untungnya memakai sepeda, saya bisa meliuk-liuk di sela kendaraan besar lolos dari kemacetan itu.
Kontur jalan cenderung datar meski ada beberapa turunan dan tanjakan. Yang bikin saya ngos-ngosan adalah tanjakan yang ada pabrik milik PT Wika.
Masuk maghrib saya baru tiba di daerah Gunung Putri. Masjid yang saya singgahi kali ini berbeda sikap dengan masjid tempat saya Ashar tadi. Kali ini masjid yang saya singgahi kurang ramah dengan musafir.
Di terasnya sudah ada tulisan “Dilarang makan minum di tempat ini”. Di dalam ada tulisan “Dilarang tidur di sini”. Saya juga tidak melihat ada sarung atau mukena untuk musafir.
Tidak berlama-lama, selesai Maghrib saya langsung mengayuh lagi. Lampu sepeda saya nyalakan supaya lebih aman. Jarak ke Ciluer masih sekitar 14 km lagi.
Sepeda saya larikan kencang upaya tidak terlalu kemalaman. Ada keuntungan gowes malam adalah tidak kepanasan. Namun keringat masih bercucuran.
Di bundaran tugu Bogor Tegar Beriman di depan Sirkuit Sentul baru saya berhenti. Sebentar saja. Cuma untuk ambil foto.
Sekitar pukul 20.00 saya baru tiba di komplek perumahan Ciluer Permai. Bersamaan dengan habisnya baterai hape saya. Jadi kami finish bersamaan.
Sabtu, 20 Juli 2024
Taufik Abriansyah