GITULAH.COM – Risiko kerusakan lingkungan semakin sering terjadi, seperti menurunnya kualitas udara di sejumlah kota besar di Indonesia. Sementara aksi nyata untuk mencegah penurunan kualitas udara belum memadai. Peran generasi muda dinilai menjadi penting guna menggulirkan secara terus menerus aksi nyata sebagai upaya menjaga kualitas udara.
Pandangan tersebut mengemuka dari kegiatan Pengabdian Masyarakat (Community Services) yang digelar Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) Universitas Mercu Buana (UMB) bekerjasama dengan University Sains Malaysia (USM) di SMKN 60 Jakarta Barat, Rabu (15/3). Kegiatan bertema Digital Literacy and Enviromental Communication itu menghadirkan narasumber Dr. Moh Saifudin Bin Moh Saleh dari USM Malaysia, Dr. Ahmad Mulyana (UMB), Rizki Briandana, Ph.D (UMB), Dr.Afdal Makkuraga (UMB), Dr.Irmulansati Tomohardjo (UMB), Dr. Nur Kholisoh, Dr. Suraya(UMB), Dr, Ahmad Jamil (UMB), Dr. Nurhayani Saragih (UMB), Dr. Rosmawati Hilderia (UMB), Dr. Syaifuddin (UMB), Dr. Henni Gusfa dan Dr. Leila Mona Ganiem
“Salah satu penyebab makin turunnya kualitas udara adalah penggunaan kendaraan bermotor yang nyaris tidak terkendali,” ungkap Dr. Ahmad Mulyana, M. Si, Dekan Fikom UMB, dalam keterangan tertulisnya. Pandangan ini sejalan dengan hasil kajian Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tahun 2021 yang menunjukkan sumber polusi terbesar di Ibu Kota adalah sektor transportasi.
Dalam kaitan dengan generasi muda, Mulyana menyebutkan banyak orang tua yang /loss control/ terhadap anak yang menggunakan sepeda motor. Menurutnya, masih banyak orang tua yang mengizinkan, bahkan menyediakan, motor untuk anak yang masih di bawah umur pergi ke sekolah. “Padahal, izin pengunaan kendaraan bermotor baru dibolehkan setelah anak berusia 17 tahun. Anak atau siswa pun menjadi malas berjalan kaki,” jelasnya.
Dosen UMB, Dr. Afdal Makkuraga menambahkan tingginya kebiasaan menggunakan motor memicu gejala kurang bergerak, yang di kalangan generasi muda populer disebut malas gerak alias ‘Mager’. Gejala ‘mager ini, menurutnya, bahkan sudah menjadi perhatian serius Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2019. Hasil studi menujukkan 80 persen siswa sekolah yang berusia 11-17 tahun gerak fisiknya kurang dari 60 menit dalam sehari.
Dr. Irmulan Sati, yang juga dosen UMB, mengusulkan agar banyak kalangan mulai menggulirkan gerakan ‘anti-mager’ bagi generasi muda, misalnya dengan menggalakkan naik sepeda ke sekolah. “Kalau naik sepeda ke sekolah bisa menjadi gerakan anti mager, sangat mungkin membantu menurunkan tingkat polusi,” begitu pendapatnya. Irmulan mencontohkan bagaimana di Jepang dan Belanda yang menjadikan sepeda sebagai alat transportasi utama sehari-hari. “Ini bagus kita contoh. Selain sehat juga menurunkan polusi udara,” tambahnya.
Upaya meningkatkan kualitas udara, sebagai bagian dari pencegahan kerusakan bumi dan lingkungan, menurut Dr. Suraya, juga dosen UMB, merupakan tanggung jawab bersama. “Permasalahan lingkungan hidup tidak bisa diselesaikan hanya dengan upaya penyelamatan dan tanggap bencana saja,” kata Suraya. Menurutnya dibutuhkan berbagai upaya lain guna meningkatkan kepedulian masyarakat, khususnya generasi muda, untuk memelihara lingkungan hidup antara lain dengan menjaga kualitas udara.