GITULAH.COM – Indonesia terus berupaya menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau. Dalam kaitan itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan Pemerintah terus mendorong berbagai kebijakan di sektor energi, salah satunya implementasi biodiesel B35 pada Februari mendatang.
Biodisel B35 merupakan campuran biodiesel antara bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit dengan BBM diesel. Sesuai namanya, kadar minyak sawit dalam bahan bakar adalah 35 persen, sementara 65 persen sisanya merupakan BBM solar. Program biodiesel bertujuan meningkatkan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan.
“Transisi energi menjadi upaya sekaligus komitmen Pemerintah untuk mengantisipasi krisis energi ke depan. Pemerintah akan meningkatkan bauran sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025, hingga 31 persen pada 2030,” ungkap Airlangga dilansir siaran pers Kemenko Bidang Perekonomian, Selasa (24/01).
Dijelaskan juga, hingga pertengahan 2022, kapasitas pembangkit listrik EBT sudah mencapai 2.576 megawatt, atau meningkat sekitar lima persen per tahunnya dalam lima tahun terakhir. Upaya tersebut masih perlu diakselerasi bersamaan dengan upaya lain dalam transisi energi, seperti transisi PLTU menjadi PLT non-fosil.
Banyaknya danau dan laut di Indonesia juga menjadi keuntungan Indonesia dalam transisi energi berbasis hydro karena cost pembebasan lahan di danau dan laut jauh lebih murah daripada membebaskan lahan di daratan. “Transisi kita yang paling immediate itu adalah penguatan teknologi,” tegas Menko Airlangga.
Ditegaskan pula, kemandirian Indonesia di sektor energi bergantung pada ketergantungan energi di sektor otomotif yakni BBM. “Selama BBM bisa kita konversikan sebagian melalui biodiesel, dan yang lain kombinasi dengan electric vehicle, tentu tujuan untuk kemandirian energi ini bisa dicapai,” ujar Airlangga.