Konsolidasi Utang, Garuda Indonesia Raih Laba Bersih Rp 57 Triliun

Bisnis664 Views

JAKARTA – Angin segar bagi badan usaha milik negara (BUMN) berhembus. PT Garuda Indonesia, yang selama ini diketahui sering merugi, kini berhasil mencetak laba bersih. Sampai Semester I 2022, Garuda mengantongi laba bersih sebesar 3,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 57,28 triliun. Dalam periode yang sama tahun lalu, Garuda masih mencetak rugi bersih 898,65 juta dolar AS. Laba bersih diraih setelah melakukan proses konsolidasi utang

Laba bersih tersebut diungkap Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Senin (16/9). “Kami mencapai kinerja positif dari segi operasional. Selain itu juga mencatat laba bersih di semester pertama 2022,” ungkap Irfan.

Laba tersebut, dijelaskannya bisa diraih lantaran adanya pendapatan restrukturisasi utang, setelah perjanjian perdamaian dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) disetujui. Proses ini membuat ekuitas Garuda membaik dari minus 5,3 miliar dolar AS menjadi minus 1,5 miliar dolar AS. Irfan mengatakan nilai utang Garuda juga turun dari 10,1 miliar dolar AS sebelum restrukturisasi, menjadi 5,1 miliar dolar AS setelah restrukturisasi.

Baca juga : Garuda Indonesia Siapkan Tiga Skenario Right Issue

“Jadi laba bersih tadi, mayoritas diperoleh dari consolidation of debt. Utang yang turun dari 10 miliar dolar AS ke 5 miliar dolar AS menjadi salah satu penyebab utamanya, begitu juga dengan kinerja ekuitasnya,” kata Irfan.

Lebih lanjut, Irfan menegaskan Garuda bakal melakukan optimalisasi rute, antara lain dengan meningkatkan perjalanan domestik hingga 18 persen pada 2022, yang kini ditetapkan hanya 14 persen. Menurut Irfan, pasar domestik dapat memberikan untung yang lebih besar dibandingkan pasar internasional.

“Kita mesti melakukan redefinisi terhadap definisi soal maskapai kebanggaan nasional. Maskapai kebanggaan nasional itu tidak perlu atau tidak boleh sebenarnya terbang ke mana-mana, punya pesawat segala macam jenis, dan memenangkan alat-alat macam-macam, tapi tidak untung. Menurut kami yang namanya maskapai kebanggaan nasional itu adalah maskapai yang untung,” tandas Irfan.

Topik Lain :  Ditjen Pajak Luncurkan Layanan Perpajakan Berbasis NIK sebagai NPWP