Jakarta – Meski dibayangi ketidakpastian global, namun Indonesia terus mencatat surplus neraca perdagangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia Desember 2021 tetap tinggi mencapai USD 1,02 miliar. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar USD 3,52 miliar. Namun, dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia secara keseluruhan tahun 2021 mencatat surplus USD 35,34 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada tahun 2020 sebesar USD 21,62 miliar.
Direktur Eksekutif dan Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, dalam siaran persnya, menyebutkan BI memandang surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Ke depan, BI terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Surplus neraca perdagangan Desember 2021 dipengaruhi surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap tinggi di tengah defisit neraca perdagangan migas yang meningkat. Pada Desember 2021, surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD 3,30 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada November 2021 sebesar USD 5,21 miliar. Ekspor nonmigas pada Desember 2021 tercatat sebesar USD 21,28 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya sebesar USD 21,51 miliar.
Ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti lemak dan minyak hewan/nabati termasuk CPO serta produk manufaktur, termasuk besi dan baja serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, tercatat meningkat. Ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang tetap tinggi seiring dengan pemulihan permintaan global. Sementara itu, impor nonmigas meningkat pada seluruh komponen, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut. Adapun, defisit neraca perdagangan migas meningkat dari USD 1,69 miliar pada November 2021 menjadi USD 2,28 miliar pada Desember 2021, dipengaruhi impor migas yang meningkat.